Beranda | Artikel
Menyoal Konsekuensi Penerjemahan Istiwa` (Bag.1)
Jumat, 7 Desember 2018

Bismillah wash shalatu was salamu ‘ala Rasulillah,amma ba’du :

Syaikh Muhammad Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah mendefinisikan istilah terjemah sebagai berikut :

Secara bahasa, at-tarjamah diperuntukkan untuk beberapa makna, yang semuanya kembali kepada “penjelasan dan penerangan”.

Adapun secara istilah adalah

التعبيرعن الكلام بلغة أخرى

“Mengungkapkan suatu ucapan/materi teks (dari bahsa sumber) dengan bahasa lain (bahasa sasaran yang setara)”.

Adapun dalam KBBI (Kamus Bahasa Besar Indonesia) “terjemah” didefinisikan sebagai berikut :

Terjemah /ter·je·mah/ v, menerjemahkan /me·ner·je·mah·kan/ v menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan.

Baca Juga: Akidah Imam Asy Syafi’i Mengenai Istiwa Allah

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa inti penerjemahan terdapat pada penggantian materi bahasa , baik materi bahasa yang berupa kata, frasa, klausa, kalimat maupun makna dalam teks bahasa sumber dengan materi yang setara dalam bahasa sasaran,karena maksudnya adalah mengungkapkan (ta’biir) makna bahasa sumber.

Dengan demikian, setidaknya perkara yang dibutuhkan dalam aktifitas menerjemah ada dua,yaitu :

  1. Memahami makna suatu kata dalam bahasa sumber.
  2. Mencari padanan kata tersebut dalam bahasa sasaran (mencari kata yang setara).

Oleh karena itu, dibawah ini akan kami bawakan penjelasan singkat tentang :

  1. Fenomena terjemahan “ استوى على ” .
  2. Makna “ استوى على ” dalam bahasa sumber (bahasa Arab).
  3. Makna “bersemayam” dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia).
  4. Penerjemahan “استوى على العرش ” yang benar
  5. Konsekwensi jika “استوى على العرش ” diterjemahkan dengan “bersemayam di atas ‘Arsy”
  6. Kesimpulan.

Baca Juga: Menjawab Beberapa Syubhat Seputar Sifat Istiwa

Wa billaahi nasta’iin,fa naquulu :

  1. Fenomena terjemahan “ استوى على ”

Apabila kita perhatikan kenyataan yang banyak terdapat di buku-buku terjemah Al-Qur`an, maka kita dapatkan kalimat “istawa ‘alal ‘Arsy” atau yang semisal itu , banyak diterjemahkan dengan : “bersemayam di atas ‘Arsy”.

Contohnya, terjemahan Surat Thaa haa : 5 ,yaitu :

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

Contoh terjemah pertama:

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy.”

Contoh terjemah kedua :

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.”

Contoh terjemah ketiga :

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy.”

Baca Juga:

(Bersambung, in sya Allah)

Penulis : Ustadz Sa’id Abu Ukasyah
Artikel. Muslim.or.id

🔍 Apa Itu Mahram, Hukum Berjabat Tangan Dengan Lawan Jenis, Sawan Menurut Pandangan Islam, Hukum Hutang Piutang Menurut Islam, Coba Jelaskan Alasan Siti Khadijah Memilih Nabi Muhammad Sebagai Suaminya


Artikel asli: https://muslim.or.id/44061-menyoal-konsekuensi-penerjemahan-istiwa-bag-1.html